Menikmati acara adat diantara banyak warga ?? Merasakan
euforia berebut hasil panen dengan banyak warga?? atau menyaksikan larung
sesaji di Baturraden?? Wah ... seru sekali! Itu dia yang saya alami ketika
menonton acara adat Banyumas yang bertajuk “Grebeg Suran”. Acara tersebut
merupakan acara adat Banyumas yang diadakan setiap tahun dan bertempat di
Baturraden.
Jauh hari, beberapa iklan tentang acara “Grebeg Suran” sudah
memadati setiap penjuru kota Purwokerto. Sebagai pemuda yang mencintai budaya
daerah, saya sangat antusias melihat ada iklan tersebut. Harus nonton grebeg suran, pokoknya! Rasa penasaran pun semakin
membuncah apalagi sebelumnya saya belum pernah menyaksikan acara adat ini.
Grebeg Suran merupakan acara adat untuk syukuran panen
rakyat Banyumas. Dimana banyak rakyat khususnya petani yang membagikan hasil
panen mereka untuk diarak keliling Baturraden yang kemudian akan di grebeg
bersama-sama. Katanya sih, banyak rakyat melakukan adat tersebut sebagai rasa
syukur telah diberikan rejeki, dan mereka selalu beranggapan jika mereka
melakukan ritual adat tersebut, maka mereka akan dilancarkan rejekinya.
Wah, semakin penasaran dengan adat tersebut, ya!
Minggu, 18 Oktober 2015
Pagi sekali, sejuknya udara Baturraden membuat saya bersemangat
bangun. Apalagi melihat indahnya panorama dari hotel Baturraden. Kebetulan
sekali, saat itu saya tengah menikmati weekend bersama keluarga, jadilah saya
ajak mereka untuk menyaksikan grebeg suran. Grebeg suran kali ini berlokasi di Bukit Bintang Baturraden—tepat
diatas objek lokawisata Baturraden. Karena lokasi hotel saya tidak terlalu
jauh, maka saya pun tidak erlu memakan banyak waktu untuk sampai di lokasi.
Meskipun belum dimulai, tapi kawasan Baturraden sudah padat.
Tidak hanya padat pengunjung, tetapi juga pada oleh para pedagang, dan hiasan
dari janur kelapa disetiap sudutnya. Wah, benar-benar festival Baturraden yang
keren!
Suasana hiasan janur di depan Lokawisata Baturraden |
Pawai kirab Grebeg Suran dimulai dari bumi perkemahan dan
berakhir di panggung bukit bintang. Maka dari itu saya memutuskan untuk
langsung menunggu di bukit bintang. Sebelum para rombongan kirab tiba di
panggung utama, namun sudah disaksikan pula beberapa pertunjukan seni
Banyumasan. Ada penampilan lenggeran dan calung Banyumasan, penampilan drumband
tk, penampilan perkusi dari sekolah alam Baturraden, dan juga yang lebih
menariknya adalah penampilan tari Gambyong Banyumasan yang dua diantara
penarinya ialah cewe dari Belanda. Wiiii... keren banget! Kalau begini, saya
optimis deh, budaya dan wisata Banyumas bakalan Go Internasional! Aminn..
Tidak hanya itu saja, ada pula Bapak Bupati Kab. Banyumas
yang menghadiri acara tersebut dengan antusias lho. Disusul oleh Kakang Mbekayu
Banyumas yang juga menghadiri acara tersebut dengan menggunakan pakaian adat
Banyumas. Kece sekali!
Tak lama dari itu, pawai kirab pun tiba. Lokasi akhir di
depan panggung kehormatan mendadak penuh dengan lautan warga. Beragam warga
dengan penampilan adat mulai memenuhi setiap sudut lapang. Ada yang membawa
caping, kentongan, dan lain-lain. Ada pula diantara mereka yang membawa
gunungan berisi berbagai macam hasil panen, seperti cabai, timun, terong,
jagung, dll. Semua hasil panen disusun dalam satu bentuk gunungan kemudian diarak
warga.
Setelah berbagai acara pengawalan, maka dimulai oleh acara
grebeg suran. Dimana semua warga pada sebelumnya sudah memadati sekitar
gunungan, dan saat itu pula mereka menggrebeg gunungan rakyat. Mereka berebut
menyerbu berbagai hasil panen. Banyak diantara mereka yang sudah siap untuk
menyerbu panen rakyat. Hal itu terbukti dari persiapan mereka membawa karung
atau tas sebagai tempat untuk menyimpan hasil grebeg.
Tidak berhenti disitu, serangkaian acara Grebeg Suran pun
dilanjutkan dengan larung sesaji. Rombongan adat melangkah menuju objek
lokawisata Baturraden. Langkah mereka berhenti diantara ratusan warga yang
berhimpit dekat jembatan dan sungai. Sebelumnya ada rombongan kirab yang
membawa Belisan ; boneka setan berwarna hitam dengan ukuran besar. Kemudian belis
terseut dibakar warga sebagai simbol bahwa panen warga yang selanjutnya tidak
diganggu roh jahat dari mahluk halus atau disebut belisan.
Larung sesaji yaitu prosesi adat melepaskan sajen di sungai
lebih tepatnya di sungai Baturraden. Prosesi ini dilakukan oleh bapak bupati
yang turut serta turun ke sungai. Kemudian dengan dipandu tetua adat,
dilepaskan sesaji. Prosesi diakhiri dengan doa sebagai bentuk berkah.
Meskipun acara telah selesai, namun tidak membuat para
pengunjung berhamburan pulang. Justru setelah itu, para pengujung berhamburan
memasuki lokawisata Baturraden untuk menikmati wahana yang tidak kalah
menariknya. Begitu pula dengan saya yang melanjutkan bermain di lokawisata
tersebut dan berfoto-foto. Narsis dikit, boleh kan ya? hehehe..
Nah, buat kalian semua yang penasaran dengan festival Grebeg Suran ini.. sampai jumpa tahun depan ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda di Postingan ini tanpa mengundang SARA dan Pornografi ya sahabat! ^.^