Kamis, 22 Oktober 2015

Grebeg Suran, Adat Syukuran Warga Banyumas



Menikmati acara adat diantara banyak warga ?? Merasakan euforia berebut hasil panen dengan banyak warga?? atau menyaksikan larung sesaji di Baturraden?? Wah ... seru sekali! Itu dia yang saya alami ketika menonton acara adat Banyumas yang bertajuk “Grebeg Suran”. Acara tersebut merupakan acara adat Banyumas yang diadakan setiap tahun dan bertempat di Baturraden.



Jauh hari, beberapa iklan tentang acara “Grebeg Suran” sudah memadati setiap penjuru kota Purwokerto. Sebagai pemuda yang mencintai budaya daerah, saya sangat antusias melihat ada iklan tersebut. Harus nonton grebeg suran, pokoknya! Rasa penasaran pun semakin membuncah apalagi sebelumnya saya belum pernah menyaksikan acara adat ini.

Grebeg Suran merupakan acara adat untuk syukuran panen rakyat Banyumas. Dimana banyak rakyat khususnya petani yang membagikan hasil panen mereka untuk diarak keliling Baturraden yang kemudian akan di grebeg bersama-sama. Katanya sih, banyak rakyat melakukan adat tersebut sebagai rasa syukur telah diberikan rejeki, dan mereka selalu beranggapan jika mereka melakukan ritual adat tersebut, maka mereka akan dilancarkan rejekinya.
Wah, semakin penasaran dengan adat tersebut, ya!

Minggu, 18 Oktober 2015

Pagi sekali, sejuknya udara Baturraden membuat saya bersemangat bangun. Apalagi melihat indahnya panorama dari hotel Baturraden. Kebetulan sekali, saat itu saya tengah menikmati weekend bersama keluarga, jadilah saya ajak mereka untuk menyaksikan grebeg suran. Grebeg suran kali  ini berlokasi di Bukit Bintang Baturraden—tepat diatas objek lokawisata Baturraden. Karena lokasi hotel saya tidak terlalu jauh, maka saya pun tidak erlu memakan banyak waktu untuk sampai di lokasi.

Meskipun belum dimulai, tapi kawasan Baturraden sudah padat. Tidak hanya padat pengunjung, tetapi juga pada oleh para pedagang, dan hiasan dari janur kelapa disetiap sudutnya. Wah, benar-benar festival Baturraden yang keren!
Suasana hiasan janur di depan Lokawisata Baturraden


Pawai kirab Grebeg Suran dimulai dari bumi perkemahan dan berakhir di panggung bukit bintang. Maka dari itu saya memutuskan untuk langsung menunggu di bukit bintang. Sebelum para rombongan kirab tiba di panggung utama, namun sudah disaksikan pula beberapa pertunjukan seni Banyumasan. Ada penampilan lenggeran dan calung Banyumasan, penampilan drumband tk, penampilan perkusi dari sekolah alam Baturraden, dan juga yang lebih menariknya adalah penampilan tari Gambyong Banyumasan yang dua diantara penarinya ialah cewe dari Belanda. Wiiii... keren banget! Kalau begini, saya optimis deh, budaya dan wisata Banyumas bakalan Go Internasional! Aminn..




Tidak hanya itu saja, ada pula Bapak Bupati Kab. Banyumas yang menghadiri acara tersebut dengan antusias lho. Disusul oleh Kakang Mbekayu Banyumas yang juga menghadiri acara tersebut dengan menggunakan pakaian adat Banyumas. Kece sekali!

Tak lama dari itu, pawai kirab pun tiba. Lokasi akhir di depan panggung kehormatan mendadak penuh dengan lautan warga. Beragam warga dengan penampilan adat mulai memenuhi setiap sudut lapang. Ada yang membawa caping, kentongan, dan lain-lain. Ada pula diantara mereka yang membawa gunungan berisi berbagai macam hasil panen, seperti cabai, timun, terong, jagung, dll. Semua hasil panen disusun dalam satu bentuk gunungan kemudian diarak warga.

Setelah berbagai acara pengawalan, maka dimulai oleh acara grebeg suran. Dimana semua warga pada sebelumnya sudah memadati sekitar gunungan, dan saat itu pula mereka menggrebeg gunungan rakyat. Mereka berebut menyerbu berbagai hasil panen. Banyak diantara mereka yang sudah siap untuk menyerbu panen rakyat. Hal itu terbukti dari persiapan mereka membawa karung atau tas sebagai tempat untuk menyimpan hasil grebeg.


Tidak berhenti disitu, serangkaian acara Grebeg Suran pun dilanjutkan dengan larung sesaji. Rombongan adat melangkah menuju objek lokawisata Baturraden. Langkah mereka berhenti diantara ratusan warga yang berhimpit dekat jembatan dan sungai. Sebelumnya ada rombongan kirab yang membawa Belisan ; boneka setan berwarna hitam dengan ukuran besar. Kemudian belis terseut dibakar warga sebagai simbol bahwa panen warga yang selanjutnya tidak diganggu roh jahat dari mahluk halus atau disebut belisan.



Larung sesaji yaitu prosesi adat melepaskan sajen di sungai lebih tepatnya di sungai Baturraden. Prosesi ini dilakukan oleh bapak bupati yang turut serta turun ke sungai. Kemudian dengan dipandu tetua adat, dilepaskan sesaji. Prosesi diakhiri dengan doa sebagai bentuk berkah.

Meskipun acara telah selesai, namun tidak membuat para pengunjung berhamburan pulang. Justru setelah itu, para pengujung berhamburan memasuki lokawisata Baturraden untuk menikmati wahana yang tidak kalah menariknya. Begitu pula dengan saya yang melanjutkan bermain di lokawisata tersebut dan berfoto-foto. Narsis dikit, boleh kan ya? hehehe..

Nah, buat kalian semua yang penasaran dengan festival Grebeg Suran ini.. sampai jumpa tahun depan ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda di Postingan ini tanpa mengundang SARA dan Pornografi ya sahabat! ^.^