Yap, FLS2N. Alias Festival Lomba Seni Siswa Nasional tingkat kabupaten Banyumas. Beruntung banget bisa terpilih mewakili sekolah untuk mencari pengalaman. Yap karena tahun sebelumnya, gagal ikut karena baru saja kecelakaan. Pastilah rasa penasaran bener-bener membuncah untuk mengikuti lomba tersebut!
Cabang lomba yang aku ikuti ialah Lomba Cipta Puisi. Mendekati minggu sebelum lomba, jadwal mulai padat. Setiap hari selalu dispen dari pagi. Buku-buku bertumpukan, serta kertas folio berserakan, cooy! Gila aja dah, udah mau nandingin anak Olimpiade aja nih sibuknya. Haha..
Setiap hari isi otak ini penuh sama sajak-sajak penuh kepalsuan. Belum lagi udah setok buku puisi dan browsing puisi karya penyair ternama.
Yah, meskipun sebenernya membuat puisi bukan termasuk passionku sih. Tapi selagi berhubungan dengan menulis, no problem lah! lagipula sama-sama mengasah kemampuan berkata-kata dengan berbagai diksi indah. Nggak ada salahnya kan mencoba?
Okedeh! Meskipun bukan passion, tapi dengan paksaan yang membuat hati ikhlas pun jadilah berlembar-lembar karya puisi yang ditulis tangan. Ohya, semasa latihan aku selalu bikin puisi di kertas dengan pulpen. Haha.. padahal paling males buat nulis tangan. Pegeel coy!
Berguru sana-sini pun segera kulakukan. berbagai penyair yang ada di Purwokerto segera diburu. setelah menghadap mereka, rupanya mereka berkata puisiku masih jelek. Deg! belum lagi saat berjumpa dengan guru pembimbingku yang nota bene nya sebagai sastrawan di Purwokerto. Ohya, guru pembinaku ada dua, Pak TJ dan Bu Nurul. Pak Tj ialah guru bahasa indonesia yang sastranya kental banget. Kalo Bu Nurul sama Guru Bahasa Indonesia yang masih muda. Baiiiiik banget deh!
Masalah hadir ketika berhadapan dengan berbagai pengajar yang sama-sama memiliki karakteristik seni yang sama-sama kuat. Duh, otak dan hati ini sama-sama bingung dan hampir pecah dibuatnya. apalagi, sastra dan seni kan kebebasan jati diri. sementara nasibku, harus terombang-ambing atas pendapat pengajar yang sama-sama harus mempertahankan karakter mereka masing-masing.
Namun lomba tetaplah lomba. Hingga pada hari H, semua pendapat yang mereka berikan--sesuai dengan saran Bu Nurul yaitu terima aja pendapat yang menurut kamu positif. Dan okelah kalau begitu. Pagi-pagi, aku dan teman-teman yang juga didampingi bu Nurul langsung menuju Diknas. Disitu sudah banyak sekali orang yang juga akan berpartisipasi dalam FLS2N.
Setelah pembukaan, aku pun langsung menuju ruang tempat lomba cipta puisi. di dalamnya sudah ada banyak peserta yang menempati kursi sesuai nomer urut. tanpa menunggu lama, lomba pun dimulai. kertas dibagikan dan juri memberikan subtema yaitu : Toleransi dalam permainan tradisional.
Sejenak aku berfikir, mencari inspirasi dan ide. Waktu yang diberikan yaitu 2 jam. dan disitu aku mulai membuat puisi. aku berfikir keras dalam menuangkan ide kedalam diksi indah yang ada dalam puisi. dengan santai, tulisan-tulisan pun mengalir kedalam kertas buram sebagai rancangan. Jadi, ketika nanti sudah jadi akan aku salin ke kertas folio dengan tulisan yang indah.
"Waktu tinggal 15 menit lagi!" ucap panitia.
Aku yang tidak membawa jam sontak terkejut. Waktunya sudah hampir habis, sementara aku belum menyalin puisi tersebut ke kertas lomba sama sekali! Payaah... gawaaat! Tanpa menunggu lagi, aku langsung menyalin puisi tersebut. tidak memikirkan rapih atau tidaknya tulisanku, yang penting bisa terbaca. hatiku semakin dag-dig-dug-derr! belum lagi tangan ini yang gemetar karena grogi.
Waduh.. untungnya, belum sampai lima menit, puisiku sebanyak dua halaman sudah berhasil ditulis. Fyuuh..! setelah selesai aku pun meninggalkan ruangan.
Aku menghabiskan waktu untuk makan siang, menonton lomba vokal putra-putri yang belum selesai. dan juga berkenalan dengan teman dari sekolah lain. salah satunya yaitu Hasna, dari Sma 2 purwokerto. Hasna ini yang tahun lalu menjadi juara 1 cipta puisi di kabupaten Banyumas loh. Wah, ketemu saingan nih! Kebetulan sekali, aku dan Hasna memiliki ketertarikan yang sama dalam bidang menulis. dia juga anaknya menyenangkan, cepet akrab, dan baik deh!
Pengumuman pun tiba. beberapa kejuaraan lain seperti Lomba Baca Puisi, Lomba Vokal Putra/putri sudah diumumkan dan dari semua kategori lomba yang sekolahku ikuti semuanya mendapatkan juara. kini saatnya aku, yaitu cipta puisi.
Ketika sampai dijuara kedua, hatiku sudah berdegup kencang. dan juara pertama, rupanya namaku tidak disebut. aku terkejut, namun segera tersenyum penuh kepalsuan. seluruh persendian tulangku ngilu, lemas. aku hanya bisa tertunduk dan minta maaf kepada bu nurul karena tidak bisa menjadi yang terbaik. namun bu nurul langsung memberikan kata-kata bijak agar aku tidak terlalu kecewa.
namun kecewa pastilah kecewa. apalagi semua teman-temanku mendapatkan juara, sementara aku hanya dapat hampa dan kecewa. bukan hanya kecewa yang ada, tapi rasa malu juga. sementara yang lain membawa piala, aku tidak dapat apa-apa. mau disimpan dimana mukaku ini?
Tapi aku tetap sabar. aku pasti kecewa namun untuk beberapa saat saja, tidak untuk berlarut-larut. karena aku tahu, tuhan menyimpan segala sesuatu dan menyediakan yang jauh lebih baik. dari kekalahan yang aku dapat, aku tidak ingin menyesali hal itu berlarut-larut. setiap hal punya rasa manis dan pahit.
aku memilih melahap manis kekalahan tersebut. aku mendapatkan banyak pelajaran berharga. mulai dari jujur, bersabar, berusaha ikhlas, berusaha tersenyum walau hati kecewa, sampai aku mendapatkan teman baru yang sampai saat ini menjadi sahabat.
Aku yakin, tuhan selalu punya rencana terindah untuk hambanya, jika kita selalu sabar, berdoa, dan berusaha.
Well, 'hasna' looks like a boy within your description. :p
BalasHapushihihi kalo setiap lomba pasti menang ya gak seru tho idup ini xP
BalasHapus