Senin, 20 April 2015

(Bukan) Saatnya Indonesia Menjerit

Anak-anak desa yang sedang bermainsumber : yazida

"Banyak anak banyak rezeki.”

Begitulah sepenggal kalimat yang tak asing lagi di lingkungan. Kecil dulu, sudah tak perawan pendengaranku atas banyaknya orang tua yang berkata kalau banyak anak, dijamin banyak rezeki. Lantas dari mana kalimat itu menjadi, sementara tak ada ilmuan yang membuktikanya. Namun rupanya, seorang tetanggaku seakan bisa menjadi seorang ilmuan ternama dengan ideologinya yang berkata bahwa banyak anak, sudah pasti banyak rezeki. Mereka berdalih, bila punya banyak anak maka banyak pula penerus kehidupan yang nantinya akan menjadi orang sukses—sehingga mereka bisa mendapatkan rezeki yang banyak. Lantas tak ada kata menolak untuk mengucap kata amin setelahnya.




Teori tak selamanya searah dengan roda kehidupan. Begitu pula dengan kenyataan yang membumi. Hal itu nyata bahwa salah seorang teman bermainku merupakan anak ke 5 dari 9 saudara. Sesuatu yang sangat menakjubkan menurutku yang notabenenya anak kedua dari tiga saudara. Bagiku, sebagai anak kedua saja sudah cukup banyak saudara bila sedang berkumpul dengan keluarga, apalagi mereka?

 Jika saja, teori yang keluarga temanku gunakan—tentang banyak anak banyak rezeki ini benar-benar manjur, maka senyumlah yang mengudara. Tetapi, bagaimana jika sebaliknya? Kemungkinan itu tidak lagi sekedar omong kosong, namun kenyataan menghadiri semesta. Keluarga temanku yang satu ini bahkan tampak jelas sepasang suami istri harus banting tulang untuk mencari sesuap nasi. Belum lagi menghidupi kesembilan anaknya yang tengah menempuh pendidikan. Jika tak kuat biaya, maka berhenti sekolah keputusannya. Sungguh malang.


Keluarga bahagia
sumber : google.com


Para muda-mudi pembangun rumah tangga kini berbondong-bondong untuk menimang seorang anak. Bahkan momongan menjadi salah satu kebahagiaan yang di dapat ketika menghadiri sebuah acara reuni. Tak sedikit dari mereka yang seakan dengan bangga memiliki anak dengan jumlah banyak.


Ini bukan masalah sepele yang hanya selesai dengan hanya mengedipkan mata. Tidak hanya melulu pada lingkungan kehidupan, tapi negara Indonesia terkena imbasnya. Indonesia menduduki peringkat 4 setelah China, Afrika, dan Amerika Serikat sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia. Dengan padatnya penduduk di Indonesia mengakibatkan berbagai masalah muncul dari permukaan.
            
Sudah menjadi rahasia umum bila Indonesia kaya akan sumber daya. Raja Ampat sebagai surga biota laut terindah, Indonesia punya. Tari kecak yang jutaan kali ditonton turis mancanegara pun, Indonesia punya. Sumber daya alam melimpah, sumber daya manusia pun tak kalah meruah.

 Namun mengapa Indonesia tetap menjerit?
            
Disatu sisi, masyarakat berbahagia memiliki jumlah keluarga yang banyak. Disisi lain, mereka tak henti menjerit geram ketika harus bersusah payah menghidupi. Tak hanya itu, padatnya penduduk yang terlalu banyak dan selalu bertambah setiap tahunya membuat Indonesia di pulau jawa semakin padat!
           
Macetnya ibu kota Jakarta yang harus segera diatasi
sumber : adihari47 - deviantart.com


Kini, berkemaslah. Bawa ranselmu dan melangkah menuju ibu kota Jakarta. Apa yang kau lihat disana? Jutaan rakyat menjerit. Tak ada satu senyum yang mereka tampakkan. Agaknya semua kebahagiaan sirna ketika macet melanda. Diantara bisingnya ibu kota, hanya pengamen dan orang jalanan yang bisa tersenyum menatap dunia.
           
 Lihatlah di Indonesia bagian lain, disisi luar pulau jawa. Kau akan mendapatkan kebahagiaan disana. Tak ada macet, tak ada kerumunan orang. Tapi, kau akan merasakan sepi yang mendalam. Gedung bertingkat tak banyak dilihat disana. Bahkan hanya mini market 24 jam yang sekiranya bisa menambah suasana.
            
Setelah kubawa kau berlayar menuju luar sisi pulau Jawa. Maka kembalilah kemari—menelusuri yang sesungguhnya terjadi di kota Jakarta. Bukan saja tentang macetnya ibu kota semata, tapi jeritan masih terdengar. Diantara kumuhnya jalanan serta belenggu kehidupan, melimpah ruah orang-orang kelaparan. Mereka hanya seorang pengemis atau bahkan pengangguran. Yang kaya semakin makmur, yang miskin semakin terkubur. Itulah Indonesia!
            
Tak lagi sedikit masalah yang akan menjadi. Indonesia berjuta jiwa yang sebagian besar menetap di Pulau Jawa. Setiap tahunya, penduduk selalu bertambah. Bahkan menurut BKKBN, penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 300 juta jiwa pada tahun 2015 bila pengendalian penduduk tidak dikendalikan secara baik. Bukan angka yang sedikit tentunya.
            
Sekarang terkait pada realita yang terjadi, Indonesia bisa apa? Rakyat di pinggir sana hanya bisa termangu—sambil sesekali mengkritisi kinerja pemerintah. Bukankah seperti itu? Mahasiswa dari dalam dan luar pulau Jawa berkumpul menjadi satu, menjadikan kota ini sesak. Belum lagi, bila mereka tumpah ruah melakukan demonstrasi.
            
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia harus cepat diperbaiki. Banyaknya pengangguran yang terjadi di Indonesia tak lain karena kurangnya kualitas tiap insan manusianya. Bila kita lihat sekarang, lapangan pekerjaan tidak dengan mudah didapatkan. Banyak pemuda-pemudi yang menduduki usia produktif tetapi tidak memanfaatkan kesempatan tersebut. Lantas, perusahaan mana yang bersedia menerima seorang pekerja tanpa mutu yang baik? Agaknya tidak ada.
            
Pertambahan penduduk yang terjadi setiap tahunya, harus diimbangi dengan berkualitasnya sumber daya manusia yang ada. Percuma saja jika sumber daya alam yang melimpah ruah di Indonesia justru dimanfaatkan oleh orang asing. Lihatlah ke negeri Indonesia bagian timur. Di ujung sana, Sumber daya alam sangat melimpah ruah. Namun, siapa yang mengendalikan? Indonesia hanya bisa menganga, melihat kinerja mereka, para Investor Asing yang melahap kekayaan Indonesia.
Lapangan pekerjaan susah didapat


Lalu, Indonesia dapat apa? Rakyat hanya sengsara. Lahan makin tersita. Pengangguran dan kekerasan kian merajalela. Perbaikan mutu pemuda-pemudi harus segera digalakkan. Pemerintah tidak bisa tinggal diam. Sebenarnya masyarakat memiliki keinginan keras untuk bekerja, namun keterbatasan skill membuat niat mereka terkubur dalam, dan hanya bisa duduk melamun—sambil menikmati kopi atau teh hangat, juaranya!
            
Kesempatan kerja di Indonesia memang masih minim. Ditambah lagi kurangnya mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Di pelosok negeri Indonesia, bahkan masih banyak anak-anak usia non produktif yang tidak menamatkan pendidikan karena kurangnya biaya untuk bersekolah, maka itulah yang menyebabkan mutu mereka semakin kurang, sehingga saat dewasa tiba mereka hanya menjadi pengangguran.
            
Maraknya pengangguran di Indonesia sangat disayangkan. Seharusnya para pemerintah membantu masyarakat untuk memperoleh pekerjaan dengan diberikannya pelatihan khusus sesuai dengan profesi/minatnya terhadap sesuatu agar memiliki kualitas soft skill yang bagus. Tidak hanya itu saja, Indonesia membutuhkan bibit unggul untuk membangun negara Indonesia yang lebih baik. Maka dari itu, kemampuan yang dimiliki para guru pun harus lebih dimatangkan dengan cara diberikan penatara-penataran. Tidak hanya terkait dengan kompetensi siswa dalam belajar, tetapi dunia pendidikan harus menjadi jembatan siswa untuk mengembangkan bakat dan potensinya.
            
Maka peningkatan infrastruktur pun harus digalakkan oleh pemerintah guna terfasilitasinya potensi bibit bangsa yang semakin baik. Banyak sekolah yang mulai mengembangkan potensi peserta bibit dengan adanya ekstrakulikuler dan organisasi sesuai minat para siswa. Hal itu sangat berguna karena selain meningkatkan bakat siswa, juga sebagai bahan pematangan soft skill agar mereka memiliki bekal yang lebih matang ketika turun di dunia pekerjaan nantinya dan mencetak tenaga kerja yang berkualitas tinggi.


            
Salah satu kegiatan saya saat memberikan workshop kepada siswa SD/SMP yang diselenggarakan oleh Perpusarda Magelang
sumber : dokumen pribadi

Untuk peningkatan bibit bangsa yang lebih berkualitas, pemerintah juga bisa memberikan beasiswa kepada anak bangsa yang memiliki potensi. Jika kita sejenak menatap di negeri tetangga—Singapura, kita akan melihat potensi masyarakat yang sangat berkualitas. Pemerintah Singapura berlomba-lomba untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak dari belahan dunia untuk belajar di Singapura, dengan harapan nantinya para penerima beasiswa itu bisa dimanfaatkan di negeri sana sehingga pemerataan penduduk di singapura yang notabene nya masih sedikit, bisa menjadi rata dengan diisi oleh masyarakat yang berkualitas baik.


 Hal itu bisa menjadi pembelajaran yang ampuh untuk Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan serta soft skill sangat dibutuhkan untuk memanfaatkan jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya. Tidak hanya itu saja, laju pertambahan penduduk pun harus segera ditekan demi meluapnya penduduk yang menetap di indonesia.

Demi menekannya angka kependudukan pada setiap tahunnya, pemerintah juga bisa memberikan iklan dengan desain yang menarik dan dipasang di beberapa tempat. Lingkungan kita hampir serupa tapi tak sama dengan berbagai kota di luar negri—penuh berisi gambar promosi yang ada di setiap sudut tempatnya. Di luar negri seperti korea dan jepang mereka memanfaatkan karakter animasi yang lucu untuk memikat hati masyarakat dengan diberikan sosialisasi pemerintah, sehingga masyarakat merasa terhibur dan ingin untuk ikut serta dengan sosialisasi tersebut. Tapi, jika kau lihat di luar sana dekat trotoar jalanan, kau akan mendapati berbagai gambar calon DPR yang setiap satu meter bisa kita jumpai. Agaknya jarang sekali tampak iklan-iklan himbauan pemerintah tentang penekanan penduduk dengan desain menarik di pinggir jalan. Bila ada pun, paling hanya beberapa dengan desain yang sederhana.
Creative campaign KB
sumber : dokumen pribadi

Indonesia kaya akan potensi. Banyak terselubung pemuda-pemudi yang memiliki kemampuan untuk membuat desain menarik tentang Keluarga Berencana. Itu bisa menjadi sesuatu yang baru bila kita melihat berbagai desain himbauan Keluarga Berencana bertebaran di manapun dan pastinya akan lebih memikat para masyarakat sehingga pesan yang ada di dalamnya lebih sampai.

Terlepas dari adanya tindakan pemerintah untuk menghadapi jumlah penduduk yang bertambah setiap tahunnya, bukan berarti kita harus tinggal diam. Kinerja pemerintah tidak mungkin bisa berjalan lancar sepenuhnya jika tidak diimbangi dengan peran masyarakat serta pemuda-pemudi yang ikut bergerak membuat perubahan.


            Jangan tanyakan kepada negara apa yang telah diberikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu.
            
Ingat kalimat yang dikatakan oleh Ir. Soekarno tersebut? Hey para pemuda-pemudi Indonesia, ini bukan saatnya kita berdiam diri sembari tertawa melihat indahnya dunia maya. Banyak disekitar sana yang membutuhkan kita, peran para pemuda-pemudi Indonesia. Banyak diantara kita yang hanya bisa mengomel  pada keputusan pemerintah yang sedikit saja lengah. Namun mereka pun tak bisa memberikan sebutir perjuangan untuk negeri ini.
            
Jika ada sebagian orang yang berkata, Urusan negara kan sudah ada pemerintah, so nikmatin masa mudamu, bro! Maka salah besar. Negara membutukan bukti nyata dari para pemuda-pemudi yang berpotensi. Di pelosok sana banyak sekali anak-anak yang putus sekolah dan membutuhkan bantuan para pemuda Indonesia.
Pemuda yang mengajar anak-anak desa
sumber : yazida
            

Kita sebagai pemuda Indonesia bisa bergulat di antara ranah projek sosial dengan bukti nyata yang bisa dijadikan sebagai pengabdian kepada negara. Hal itu salah satunya dengan membuat kegiatan sosial untuk memberikan ilmu dalam bentuk mengajar kepada anak-anak yang kurang mampu ataupun sejenisnya. Karena kita tahu, Indonesia masih miskin akan kualitas sumber daya. Mungkin dengan pemuda yang turut bergerak membantu sesama akan berdampak positif pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
            
Hal ini bukan masalah sepele untuk pergerakan sebuah negara. Bila seluruh masyarakat dan pemerintah gotong royong untuk membangun Indonesia, maka negara akan semakin berkembang jaminannya. Meskipun kepadatan penduduk di Indonesia semakin meningkat setiap tahunya, atas pengendalian pemerintah diharapkan Indonesia akan bangkit dan bisa mengendalikan hal tersebut.

Bukan saatnya Indonesia menjerit, jika semua masyarakat bergotong royong bersama dengan kesadaran diri yang tinggi untuk membantu setiap progam pemerintah untuk menuju Indonesia yang lebih baik.
***
Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba penulisan Blog tentang "Persoalan kependudukan dan ketenagakerjaan serta solusinya" yang diselenggarakan oleh BKKBN.

5 komentar:

  1. Setuju banget, Billy.. Indonesia butuh banyak peran anak muda sebagai generasi penerus untuk memeratakan kesejahteraan dan memajukan sumber daya manusia. Keren idenya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap bener banget kakk! Kita harus bersama-sama membangun Indonesia yg lebih hebat!

      Hapus
  2. Billy punya pandangan yang hebat..ini nih contoh generasi muda yang patut dicontoh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hey kak.. hehe terimakasih sdh baca yaa! :D
      Alhamdulilah, semoga dengan opini ku bisa membuka kesadaran masyarakat agar bisa bersama menuju pemerataan penduduk dan penigkatan kualitas bangsa yg lebih baik

      Hapus
  3. Yep, betul banget! Sekarang, susahnya itu, apa-apa salah pemerintah. Mbok ya ikut dukung dan bantu gitu untuk mencapai Indonesia sejahtera. Kalau ga bisa bantu, dukung aja, nggak usah dikeluhkan dan jangan pesimis.

    Semoga lahir generasi2 bangsa yang berbakat seperti kamu, ya. Tapi aku tetep pengin punya anak lima, sih, biar rame. LOL.

    Oh ya, salam kenal. Saya dapet link postingan ini dari Pungky. :)))

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar anda di Postingan ini tanpa mengundang SARA dan Pornografi ya sahabat! ^.^