Jumat, 20 April 2012

Teacher Is the Best!


 
oleh : Billy Briliant       


 “Siapa Idolaku?”
“Idolaku siapa?”
Hai kawan! Pasti kalian memiliki idola, bukan?! Nah, dari sekian banyaknya orang yang di idolakan, apa yang kalian contoh dari dia? Yap! Tentunya kita harus mencontoh hal positive darinya. Misalnya, dia ialah seorang yang pekerja keras, ada baiknya bila kita meneladani sikapnya yang kerja keras itu.
Sempat aku terlarut dalam pikiranku, siapakah seorang yang aku idolakan ? Mungkin butuh waktu panjang bagiku, untuk merenungkan hal konyol ini. Ya, mungkin mudah halnya bagi kalian, dapat secepatnya menentukan pilihan idola, untuk para Artis atau para Band yang kini naik daun.
Teman-teman semua pasti memiliki suatu idola, bukan ? Entah itu seorang Selebritis, Penyanyi, Presiden, Boyband, GirlBand, hingga pahlawan!
*****
Teringat dikala aku dini. Aku begitu mengagumi sosok dalam sinetron Saras 008. Ya, dia. Gadis pahlawan pembela kebenaran, yang saat itu tengah hangat untuk dijadikan tontonan keluarga. Mungkin tak banyak dari kalian yang mengerti akan film ini. Namun, aku sangat mengidolakanya.
Aku mengidolakanya, karena sifatnya yang menurutku patut ditiru. Ia selalu membantu orang yang lemah, dan membela kebenarnan.
Terkadang aku kerap tertawa terpingkal-pingkal bila mengingat masa kecilku. Aku selalu setia menunggu acara kesayanganku tayang. Aku pun tak jarang kesal jika saat itu, saat asik menonton acara Saras, namun aku diganggu oleh kerabat dekatku. Entah apa alasanya.
Saat kecil, aku seringkali memperhatikan gerakan-gerakan Saras, disaat ia hendak berubah. Tak hanya itu, disaat berkelahi dan membela kebenaran pun aku tak pernah pindah tempat dari tempat sebelumnya saat menonton. Jika sudah hafal, aku selalu mempraktekanya setiap saat. Entah itu saat adegan berubah, hingga sewaktu Saras berperang.
Hingga saat itu, aku sempat merajuk kepada mamah. Merajuk agar aku dibelikan sepasang pakaian Saras disaat ia telah berubah. Hingga akhirnya, sepasang pakaian itu pun telah dibelikan. Betapa riangnya hatiku saat itu. Tanpa pikir panjang aku lekas mengenakanya. Lalu, bergaya bak Saras 008, yang siap menindas kejahatan.
*****
Seiring berjalanya waktu, aku kini telah menyadari. siapa yang semestinya aku idolakan. Mengidolakan seseorang tidak semudah yang kalian maksud.
 Aku sebenarnya tidak menyadari, siapa yang semestinya aku idolakan. Namun rupanya orang yang berada disamingku-lah, yang sangat aku hormati, sekaligus aku idolakan. Jasa nya yang tak terkira, mengalahkan seorang penyanyi bahkan Artis sekalipun.
Sobat, kau tahu siapa sosok itu ? Ya! Aku mengidolakan seorang guru. Hm .. memang, aku tidak bercita-cita menjadi seorang guru. Namun, aku pikir tak salah jika aku mengidolakan dirinya. Aku kini berfikir keras, akan jasa-jasanya.
Ia sungguh berjasa. Memiliki jasa yang tiada tara. Rela berkorban untuku, hingga kini aku dapat membaca, menulis, dan berhitung. Ingatkah kalian, semua ini berkat siapa ? Ya, tentu berkat bapak/ibu guru yang tak memandang kita, kaya dan miskin.
Berbeda dengan para para Selebritis kini. Mereka tidak menghiraukan para Fans-nya. Bahkan mereka hanya menganggap para rakyat jalata sebagai sampah-sampah, seakan mengotori mereka dikala hendak pentas dipanggung. Mengenaskan!
            Mungkin sebagian dari kalian menganggap seorang guru ialah sosok yang ‘menyebalkan’. Namun rupanya tidak. Seorang guru tidaklah menyebalkan, bilamana kita menyukai pelajaran tersebut.
            Sobat, aku memiliki satu kisah. Ya, menurutku kisah ini begitu berkesan dihatiku. Meskipun hanya mengenang di imajinasiku saja. Simak, ya!

*****
Kala itu sang mentari bersinar menerangi bumi. Tepat di Sekolah dasar Bina Bangsa, terdapat ketiga kawanan yang tengah berdiri. Rupanya mereka membuat ulah, akibatnya suatu hukuman mendarat bagi mereka.
Nama ketiganya merupakan Kelir, Wisnu, serta Rifqi.Ya, mereka memiliki hoby yang serupa. Yaitu membuat ulah dikelas. Selain itu, mereka pun begitu benci pada pak Giri. Guru matematika dikelasnya. Tak jarang dari mereka, mendapatkan teguran dari berbagai guru manapun. Meski demikian, semangatnya untuk berbuat jahil tak pernah surut.
Yeah! Kini ketiganya telah diperbolehkan untuk kembali ke tempat duduk mereka. Yup! Tentu saja, mereka telah tuntas menjalankan hukuman dari Pak Guru. Sebenarnya hukuman itu tidak terlalu berat untuk dijalankan. Kalian tahu, apa hukuman itu ? Ya! Sekedar berdiri didepan kelas.
Langkah kaki mereka semakin lambat. Perlangkah begitu banyak tawa serta sorotan mata kawan-kawan seakan meneror mereka. Perlahan dengusan kecil pun terlontar dari mulut mereka. Ya, mungkin ini hari terburuk bagi mereka meskipun selalu buruk.
Setelah duduk mereka, segera berdiskusi. Entah apa yang mereka diskusikan. Mungkin mereka sekedar berbincang ringan megenai hal yang baru saja terjadi. Atau, entahlah..
“Argh! Aku sungguh benci dan kesal pada pak Giri! Huh! Dasar guru yang culun dan norak!” dengus Wisnu dengan nada lirih namun sebal.
“Sst .. bagaimana kalau kita membuat pelajaran pada Pak giri! Guru yang culun itu! Huh,” celetuk Klir.
“Setuju!” sahut Wisnu dan Rifqi dengan kompak.
“Bagaimana kalau kita kempiskan ban sepeda jadul, milik pak Giri ?” usul Rifqi.
“Cemerlang!”
Sepulang sekolah, mereka bertiga tidak langsung pulang sekolah. Seperti janjinya tadi, mereka akan mengempiskan sepeda milik pak Giri. Tanpa pikir panjang, langkah mereka segera tertuju pada tempat parkir sepeda.
Kesempatan berharga bagi mereka, karena ditempat parkir sangatlah sepi. Dengan sigap mereka segera melakukan hal yang sepantasnya ditiru. Wisnu langsung mengeluarkan paku payung miliknya. Sementara itu, Kelir dan Rifqi bersiap menjaga situasi disekitarnya.
Pcuss……
Ban sepeda milik pak giri telah berhasil dikempiskan. Perlahan ukuran ban sepeda itu menciut dan semakin kecil. Setelah itu, mereka lekas berlari menyingkir dari letak sepeda itu. Mereka sungguh senang, atas hal yang diperbuat mereka. Mereka tak memandang siapa yang dijahilinya.
 Sepanjang jalan, mereka melangkah ditemani dengan senda guau yang konyol. Fikiran mereka terus terpana dibetapa malunya Pak Giri saat akan pulang nanti. Tanpa disadari, saat mereka akan melintas dijalan raya, mereka tetap saja berlelucon. Tanpa disadari, pak Giri yang sudah berada dibelakangnya langsung menjatuhkan sepedanya.
Dengan sigap, pak Giri lekas berlari. lalu ia langsung mendorong tubuh mereka ber-empat agar terdorong kepinggir. Karena tanpa mereka sadari, dari belakang terdapat sebuah mobil yang melaju kencang.
BRAKK! Setelah tersingkirnya ketiga kawanan itu, terdengar suara yang mengejutkan semua orang. Ya! Pak Giri tertabrak…. tubuhnya terlentang ditengah jalan raya. Sejenak mobil-mobil kerumunan itu berhenti. Seluruh warga lekas membawa Pak giri kepinggir agar diamankan.
Didapatinya seluruh muka Pak Giri yang tampak Pucat serta berlumuran darah. Ketiga bocah nakal itu, langsung menghampirinya. Ia sedih dan matanya tak dapat untuk kompromi. Setitik air mata, menetes darinya.
Sebagai warga Indonesia yang bertanggung jawab, hendaknya mobil itu membawa pak Giri kerumah sakit. Beruntung karena rumah sakit itu, tak terlalu jauh. Wisnu, Rifqi dan Kelir mengikuti mobil itu, didalamnya. Mereka akan menjaga Pak Giri.
Setibanya dirumah sakit, Pak Giri lekas diberi perawatan yang intensif. Entah, luka bagian apa yang dideritanya. Semoga saja tak terlalu parah, luka yang diderita beliau.
Sementara Pak Giri mendapatkan perawatan, Ketiga muridnya itu menunggu diluar. Mereka merenungkan hal itu. Ternyata Pak Giri-lah orang yang sangat berjasa baginya. Entah apa yang dapat ia ganti, akan jasanya itu.
Mereka menyesal! Sangat amat menyesal!
Tak lama, Pak Giri telah siuman. Ketiga nya langsung berlari menghampiri pahlawan itu. Didapatinya tubuh Pak giri yang lemas. Ia terlentang di sebuah ranjang. Mukanya terpasang berbagai selang.
Mereka menangis, menahan haru. Tanpa berlama-lama mereka langsung meminta maaf kepada Pak Giri. Sementara itu, Pak Giri hanya membalas dengan senyuman.
Senyuman Menerima Maaf!
Sejak saat itu, mereka semakin giat belajar. Mereka tak lagi berbuat ulah. Hal itu, menjadi pelajaran yang amat berharga bagi mereka. Mereka menjadi mengetahui arti seorang guru. Mereka kini begitu menghargai sosok seorang guru.

*****
Ya! Aku pikir, tiada yang berharga jasanya, selain seorang guru. Guru ialah seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Dirinya rela berbuat apapun demi muridnya. Kesabaran setiap orang yang paling dahsyat ialah milik seorang guru.
Kalian tahu tidak? Tanpa disadari, seorang yang sudah memiliki “Pangkat” tertinggi pun berhutang jasa pada seorang guru. Siapa sih, yang tidak berjasa pada guru? Pasti tidak ada, bukan?! Penyanyi, Artis, Barack Obama, Para Boyband, Penulis, hingga seorang Dokter pun tak dapat berdiri kokoh tanpa seorang Guru.
Presiden pun, dapat berdiri kokoh seperti ini berkat siapa?! Ya! Berkat seorang guru! Tanpanya, ia tak dapat menjadi demikian. Bila ia tak mengabdi kepada seorang guru, ia tak dapat membaca, menulis, serta berhitung.
Meski pengorbananya begitu tinggi, seorang guru tak pernah mengeluh akan cobaan yang diterimanya. Ia bahkan bangga, bila dapat melihat seorang muridnya yang tumbuh berkembang hingga kini menjadi seorang yang dapat memajukan dunia.
Namun, sosok guru tidak pernah mengharapkan sebuah imbalan. Bahkan, meski dirinya sudah berjasa untuk siapa saja, ia tak memiliki tanda jasa! Karena guru ialah, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Kini aku sadari, bila seorang guru ialah sosok yang amat luar biasa bagiku. Aku tak dapat menulis, membaca, serta berhitung bila tanpanya. Yeah! Now, I know. Teacher is The Best!

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda di Postingan ini tanpa mengundang SARA dan Pornografi ya sahabat! ^.^