oleh : Billy Briliant
“Siapa Idolaku?”
“Idolaku siapa?”
Hai
kawan! Pasti kalian memiliki idola, bukan?! Nah, dari sekian banyaknya orang yang
di idolakan, apa yang kalian contoh dari dia? Yap! Tentunya kita harus
mencontoh hal positive darinya. Misalnya, dia ialah seorang yang pekerja keras,
ada baiknya bila kita meneladani sikapnya yang kerja keras itu.
Sempat
aku terlarut dalam pikiranku, siapakah seorang yang aku idolakan ? Mungkin
butuh waktu panjang bagiku, untuk merenungkan hal konyol ini. Ya, mungkin mudah
halnya bagi kalian, dapat secepatnya menentukan pilihan idola, untuk para Artis
atau para Band yang kini naik daun.
Teman-teman
semua pasti memiliki suatu idola, bukan ? Entah itu seorang Selebritis,
Penyanyi, Presiden, Boyband, GirlBand, hingga pahlawan!
*****
Teringat
dikala aku dini. Aku begitu mengagumi sosok dalam sinetron Saras 008. Ya, dia. Gadis pahlawan pembela kebenaran, yang saat itu
tengah hangat untuk dijadikan tontonan keluarga. Mungkin tak banyak dari kalian
yang mengerti akan film ini. Namun, aku sangat mengidolakanya.
Aku
mengidolakanya, karena sifatnya yang menurutku patut ditiru. Ia selalu membantu
orang yang lemah, dan membela kebenarnan.
Terkadang
aku kerap tertawa terpingkal-pingkal bila mengingat masa kecilku. Aku selalu
setia menunggu acara kesayanganku tayang. Aku pun tak jarang kesal jika saat
itu, saat asik menonton acara Saras, namun aku diganggu oleh kerabat dekatku.
Entah apa alasanya.
Saat
kecil, aku seringkali memperhatikan gerakan-gerakan Saras, disaat ia hendak berubah. Tak hanya itu, disaat berkelahi
dan membela kebenaran pun aku tak pernah pindah tempat dari tempat sebelumnya
saat menonton. Jika sudah hafal, aku selalu mempraktekanya setiap saat. Entah
itu saat adegan berubah, hingga sewaktu Saras
berperang.
Hingga
saat itu, aku sempat merajuk kepada mamah. Merajuk agar aku dibelikan sepasang
pakaian Saras disaat ia telah berubah. Hingga akhirnya, sepasang pakaian itu
pun telah dibelikan. Betapa riangnya hatiku saat itu. Tanpa pikir panjang aku
lekas mengenakanya. Lalu, bergaya bak Saras 008, yang siap menindas kejahatan.
*****
Seiring
berjalanya waktu, aku kini telah menyadari. siapa yang semestinya aku idolakan.
Mengidolakan seseorang tidak semudah yang kalian maksud.
Aku sebenarnya tidak menyadari, siapa yang
semestinya aku idolakan. Namun rupanya orang yang berada disamingku-lah, yang
sangat aku hormati, sekaligus aku idolakan. Jasa nya yang tak terkira,
mengalahkan seorang penyanyi bahkan Artis sekalipun.
Sobat,
kau tahu siapa sosok itu ? Ya! Aku mengidolakan seorang guru. Hm .. memang, aku
tidak bercita-cita menjadi seorang guru. Namun, aku pikir tak salah jika aku
mengidolakan dirinya. Aku kini berfikir keras, akan jasa-jasanya.
Ia
sungguh berjasa. Memiliki jasa yang tiada tara. Rela berkorban untuku, hingga
kini aku dapat membaca, menulis, dan berhitung. Ingatkah kalian, semua ini
berkat siapa ? Ya, tentu berkat bapak/ibu guru yang tak memandang kita, kaya
dan miskin.
Berbeda
dengan para para Selebritis kini. Mereka tidak menghiraukan para Fans-nya. Bahkan
mereka hanya menganggap para rakyat jalata sebagai sampah-sampah, seakan
mengotori mereka dikala hendak pentas dipanggung. Mengenaskan!
Mungkin sebagian dari kalian
menganggap seorang guru ialah sosok yang ‘menyebalkan’. Namun rupanya tidak.
Seorang guru tidaklah menyebalkan, bilamana kita menyukai pelajaran tersebut.
Sobat, aku memiliki satu kisah. Ya,
menurutku kisah ini begitu berkesan dihatiku. Meskipun hanya mengenang di
imajinasiku saja. Simak, ya!
*****
Kala
itu sang mentari bersinar menerangi bumi. Tepat di Sekolah dasar Bina Bangsa,
terdapat ketiga kawanan yang tengah berdiri. Rupanya mereka membuat ulah,
akibatnya suatu hukuman mendarat bagi mereka.
Nama
ketiganya merupakan Kelir, Wisnu, serta Rifqi.Ya, mereka memiliki hoby yang
serupa. Yaitu membuat ulah dikelas. Selain itu, mereka pun begitu benci pada
pak Giri. Guru matematika dikelasnya. Tak jarang dari mereka, mendapatkan
teguran dari berbagai guru manapun. Meski demikian, semangatnya untuk berbuat
jahil tak pernah surut.
Yeah!
Kini ketiganya telah diperbolehkan untuk kembali ke tempat duduk mereka. Yup!
Tentu saja, mereka telah tuntas menjalankan hukuman dari Pak Guru. Sebenarnya
hukuman itu tidak terlalu berat untuk dijalankan. Kalian tahu, apa hukuman itu
? Ya! Sekedar berdiri didepan kelas.
Langkah
kaki mereka semakin lambat. Perlangkah begitu banyak tawa serta sorotan mata
kawan-kawan seakan meneror mereka. Perlahan dengusan kecil pun terlontar dari
mulut mereka. Ya, mungkin ini hari terburuk bagi mereka meskipun selalu buruk.
Setelah
duduk mereka, segera berdiskusi. Entah apa yang mereka diskusikan. Mungkin
mereka sekedar berbincang ringan megenai hal yang baru saja terjadi. Atau,
entahlah..
“Argh!
Aku sungguh benci dan kesal pada pak Giri! Huh! Dasar guru yang culun dan
norak!” dengus Wisnu dengan nada lirih namun sebal.
“Sst
.. bagaimana kalau kita membuat pelajaran pada Pak giri! Guru yang culun itu!
Huh,” celetuk Klir.
“Setuju!”
sahut Wisnu dan Rifqi dengan kompak.
“Bagaimana
kalau kita kempiskan ban sepeda jadul, milik pak Giri ?” usul Rifqi.
“Cemerlang!”
Sepulang
sekolah, mereka bertiga tidak langsung pulang sekolah. Seperti janjinya tadi,
mereka akan mengempiskan sepeda milik pak Giri. Tanpa pikir panjang, langkah
mereka segera tertuju pada tempat parkir sepeda.
Kesempatan
berharga bagi mereka, karena ditempat parkir sangatlah sepi. Dengan sigap
mereka segera melakukan hal yang sepantasnya ditiru. Wisnu langsung
mengeluarkan paku payung miliknya. Sementara itu, Kelir dan Rifqi bersiap
menjaga situasi disekitarnya.
Pcuss……
Ban
sepeda milik pak giri telah berhasil dikempiskan. Perlahan ukuran ban sepeda
itu menciut dan semakin kecil. Setelah itu, mereka lekas berlari menyingkir
dari letak sepeda itu. Mereka sungguh senang, atas hal yang diperbuat mereka.
Mereka tak memandang siapa yang dijahilinya.
Sepanjang jalan, mereka melangkah ditemani
dengan senda guau yang konyol. Fikiran mereka terus terpana dibetapa malunya
Pak Giri saat akan pulang nanti. Tanpa disadari, saat mereka akan melintas
dijalan raya, mereka tetap saja berlelucon. Tanpa disadari, pak Giri yang sudah
berada dibelakangnya langsung menjatuhkan sepedanya.
Dengan
sigap, pak Giri lekas berlari. lalu ia langsung mendorong tubuh mereka
ber-empat agar terdorong kepinggir. Karena tanpa mereka sadari, dari belakang
terdapat sebuah mobil yang melaju kencang.
BRAKK! Setelah
tersingkirnya ketiga kawanan itu, terdengar suara yang mengejutkan semua orang.
Ya! Pak Giri tertabrak…. tubuhnya terlentang ditengah jalan raya. Sejenak
mobil-mobil kerumunan itu berhenti. Seluruh warga lekas membawa Pak giri
kepinggir agar diamankan.
Didapatinya
seluruh muka Pak Giri yang tampak Pucat serta berlumuran darah. Ketiga bocah
nakal itu, langsung menghampirinya. Ia sedih dan matanya tak dapat untuk
kompromi. Setitik air mata, menetes darinya.
Sebagai
warga Indonesia yang bertanggung jawab, hendaknya mobil itu membawa pak Giri
kerumah sakit. Beruntung karena rumah sakit itu, tak terlalu jauh. Wisnu, Rifqi
dan Kelir mengikuti mobil itu, didalamnya. Mereka akan menjaga Pak Giri.
Setibanya
dirumah sakit, Pak Giri lekas diberi perawatan yang intensif. Entah, luka
bagian apa yang dideritanya. Semoga saja tak terlalu parah, luka yang diderita
beliau.
Sementara
Pak Giri mendapatkan perawatan, Ketiga muridnya itu menunggu diluar. Mereka
merenungkan hal itu. Ternyata Pak Giri-lah orang yang sangat berjasa baginya.
Entah apa yang dapat ia ganti, akan jasanya itu.
Mereka
menyesal! Sangat amat menyesal!
Tak
lama, Pak Giri telah siuman. Ketiga nya langsung berlari menghampiri pahlawan
itu. Didapatinya tubuh Pak giri yang lemas. Ia terlentang di sebuah ranjang.
Mukanya terpasang berbagai selang.
Mereka
menangis, menahan haru. Tanpa berlama-lama mereka langsung meminta maaf kepada
Pak Giri. Sementara itu, Pak Giri hanya membalas dengan senyuman.
Senyuman
Menerima Maaf!
Sejak
saat itu, mereka semakin giat belajar. Mereka tak lagi berbuat ulah. Hal itu,
menjadi pelajaran yang amat berharga bagi mereka. Mereka menjadi mengetahui
arti seorang guru. Mereka kini begitu menghargai sosok seorang guru.
*****
Ya!
Aku pikir, tiada yang berharga jasanya, selain seorang guru. Guru ialah seorang
pahlawan tanpa tanda jasa. Dirinya rela berbuat apapun demi muridnya. Kesabaran
setiap orang yang paling dahsyat ialah milik seorang guru.
Kalian
tahu tidak? Tanpa disadari, seorang yang sudah memiliki “Pangkat” tertinggi pun
berhutang jasa pada seorang guru. Siapa sih, yang tidak berjasa pada guru?
Pasti tidak ada, bukan?! Penyanyi, Artis, Barack Obama, Para Boyband, Penulis,
hingga seorang Dokter pun tak dapat berdiri kokoh tanpa seorang Guru.
Presiden
pun, dapat berdiri kokoh seperti ini berkat siapa?! Ya! Berkat seorang guru!
Tanpanya, ia tak dapat menjadi demikian. Bila ia tak mengabdi kepada seorang
guru, ia tak dapat membaca, menulis, serta berhitung.
Meski
pengorbananya begitu tinggi, seorang guru tak pernah mengeluh akan cobaan yang
diterimanya. Ia bahkan bangga, bila dapat melihat seorang muridnya yang tumbuh
berkembang hingga kini menjadi seorang yang dapat memajukan dunia.
Namun,
sosok guru tidak pernah mengharapkan sebuah imbalan. Bahkan, meski dirinya
sudah berjasa untuk siapa saja, ia tak memiliki tanda jasa! Karena guru ialah, Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa.
Kini
aku sadari, bila seorang guru ialah sosok yang amat luar biasa bagiku. Aku tak
dapat menulis, membaca, serta berhitung bila tanpanya. Yeah! Now, I know. Teacher is The Best!
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda di Postingan ini tanpa mengundang SARA dan Pornografi ya sahabat! ^.^