Peri
Pencuri Kupu-Kupu
Oleh
: Billy Briliant
Kerajaan Samudra ialah
tempat yang nyaman bagi seluruh peri di negeri itu. Tempatnya
bersih dan juga harum sekali! Viona, Veronica, dan Alysa adalah tiga diantara
berjuta Peri yang hidup di Kerajaan tersebut. Tak salah lagi, mereka bertiga
besahabat! Hari-hari tiada berwarna bila tidak dihabiskan untuk bermain
bersama.
Hari ini mereka akan
bermain. Mereka pun mulai berjalan melihat-lihat bunga. Di jalan tersebut
sangat banyak kupu-kupu yang menghisap nektar dari bunga-bunga yang indah. Para peri pun jadi
asik memandangi kupu-kupu tersebut. Kini para peri tersebut mulai berterbangan
mengejar Kupu-kupu tersebut.
Mereka bertiga sekarang
mempunyai kupu-kupu yang sama-sama indah. Mereka mulai bermain-main dengan kupu-kupu
tersebut. Setelah merek puas untuk bermain dengan kupu-kupu, mereka pun
melepaskan kupu-kupu itu. Namun, Peri Veronica masih tetap menyimpan kupu-kupu
itu.
Hingga mereka hendak
pulang, peri Veronica masih saja bermain dengan kupu-kupu kesayanganya. Peri
Viona tersentak kaget ketika mendapati peri Veronica yang belum juga melepas
kupu-kupunya.
“Veronica .. kenapa kau
tidak melepas kupu-kupu itu?” Tanya peri Alysa.
Peri Veronica tetap
terdiam.
“Aku ingin membawanya pulang ..” jawab Peri Veronica.
“Vero .. kau tak boleh
membsamudraya pulang! Bagaimana bila Populasi kupu-kupu disini berkurang? Kau
akan sedih bila tak melihat kupu-kupu disini tersenyum menyambut kehadiran
kita!” Sanggah Peri Viona.
“Benar .. lebih baik kau
lepaskan saja kupu-kupu itu. Dari pada, kau disebut sebagai pencuri kupu-kupu?”
sahut Peri Alysa.
“Hm… baiklah!” sesal
peri Veronica. Kemudian, ia kembali kebelakang. “Tunggu aku ya! Aku akan
mengembalikanya ..” lanjut Peri veronica.
Ketika sampai ditempat
yang semula ia menemukan kupu-kupu, Peri Veronica melihat sekantung plastic.
Akal jahatnya bergelitik jahil.
Hm..
Aku tidak mau membiarkanya disini saja! Ah .. aku kantungi saja kupu-kupu ini
dan kubawa pulang! Pikir Veronica jahil.
Setelah ia mengantungi kresek berisi kupu-kupu, ia bergegas menghampiri
teman-temanya lagi.
“Ayo kita pulang!” seru
Veronica sedikit gugup. Tanpa ada kecurigaan sedikitpun, Alysa dan Viona lekas
beranjak pulang. Ah ... syukurlah mereka tak mencurigaiku, desah Veronica dalam
hati.
Ketika senja sudah menggunungi,
Veronica yang berada dirumah segera saja mewadahi kupu-kupu yang dibawanya
kedalam toples. Didalamnya pula, tak lupa ia berikan beberapa helai daun agar
dimakan nantinya.
Hari-hari Veronica selalu
saja diwarnai dengan riang yang mendalam karena seekor kupu-kupu itu.
Sampai-sampai, bila Alysa dan Viona mengajaknya untuk bermain pun, Veronica
lebih memilih untuk tingal dirumah. Saat itu, alysa dan Viona berkumpul
ditengah ilalang yang indah. Mereka bermain tak seperti biasanya. Mereka sudah
mengajak Veronica, tetapi hasilnya nihil. Lagi-lagi Veronica menolak tawaranya.
Uh!
“Aku curiga dengan tingkah
laku Veronica akhir-akhir ini,” kata Alysa kepada Viona.
“Yeah ...! memangnya kenapa
sih, kok Veronica sudah tak lagi bermain bersama kita?” dengus Viona.
Alysa mengangkat bahunya.
“Hei! Bagaimana kalau kita cari tahu yang sebenarnya terjadi padanya?” tanya
Alysa yang membubuhkan seribu ide cemerlang.
Viona mengangguk kencang!
Kemudian berbisik kepada Alysa. Setelah semuanya siap, mereka berdua lekas terbang
menuju rumah Veronica. Ketika sampai, mereka kemudian menyusup ke sela-sela
rumah Veronica. Terdapat sebuah jendela yang sedikit terbuka. Ya! Itu adalah
jendela kamar Veronica.
Diam-diam, Viona dan Alysa
mengintai apa yang sebenarnya terjadi dengan Veronica. Melalui celah-celah
jendela yang terbuka, tampak Veronica yang asik memandangi kupu-kupu yang
berada didalam topless.
Betapa terkejutnya Viona
dan Alysa setelah mendapati kupu-kupu yang ada didalam topless. “Bukankah
kupu-kupu itu yang pernah dimainkan Vero?” bisik Alysa. Viona mengangguk
kencang.
“VERONICA!!!!” teriak Alysa
yang langsung menyingkapkan jendela kamar Veronica. Betapa terkejutnya Veronica
yang mendapat terikan lantang. Tanpa sadar, ia terkejut hingga lenganya
menyingkirkan Topless kupu-kupu yang berada diatas meja dan ... PRANG!!
Setengah kesal, Veronica
cepat-cepat menyembunyikan topless yang pecah berkeping-keping itu. wajahnya
seketika berubah menjadi ketakutan. Pucat tampak melekat dengan perhatian yang
sudah buyar. Terlebih ketika tahu ada Viona di dekatnya.
“Ternyata kau mencuri
kupu-kupu itu!” geram Viona. Warga di kerajaan samudra memang tidak boleh
memelihara kupu-kupu satupun. Hal itu karena kupu-kupu juga mahluk hidup yang
ingin bebas berkelana.
“Ta... tapi!” ucap Veronica
terbata-bata. Tiba-tiba saja, sayapnya yang indah menciut. Mengecil-mengecil
dan mengecil. Viona dan Alysa yang melihatnya sontak terkejut. Semakin
menyusut, akhirnya Sayap tersebut menjadi hilang.
“Sayapkuuu ....!!” jerit Veronica
diiringi derai tangis. Viona dan Alysa yang melihat sahabatnya menangis mejadi
sedih. Mereka yang semula ingin marah habis-habisan justru mereka urungkan
niatnya itu. “Viona ... Alysa ... maafkan aku! Aku sudah membantah perintahmu
dan kini aku kena batunya! Hiks ... hiks ...” ucap Veronica masih terbalur
tangis.
“Penyesalan memang datang
dipenghujung. Kau tak perlu menyesali semua ini!” ujar Alysa. “Kita akan tetap
bersahabat walaupun kau tak memiliki sayap lagi,” lanjutnya.
“Terimakasih ... ini adalah
salah satu penyesalanku!”
Sejak saat itu, dikerajaan
Samudra tak ada lagi yang berani mengambil kupu-kupu dari manapun. Begitu pula
dengan Veronica. Ia harus menunggu lama dengan kebaikanya selama 2 tahun hingga
sayapnya kembali tumbuh. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda di Postingan ini tanpa mengundang SARA dan Pornografi ya sahabat! ^.^